Dari sembilan penghargaan tersebut, enam di antaranya adalah tenun, khususnya dari Muna dan Buton, yang kini diakui sebagai kekayaan budaya nasional. Penghargaan ini akan diberikan pada 16 November 2024 di pelataran Museum DKI Jakarta.
Peran SMK dengan jurusan tata busana dalam kegiatan ini juga sangat penting. Guru-guru SMK, khususnya di jurusan tata busana, diajak untuk mengajarkan keterampilan menenun kepada siswa agar dapat mempelajari teknik dasar hingga mendesain dan menjahit tenun.
Baca Juga:
Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan Gandeng LKSN Bahas Dana Sumbangan
Dengan begitu, para siswa tidak hanya mewarisi teknik menenun, tetapi juga mampu menghasilkan karya tenun yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat luas.
Yusmin berharap dengan masuknya pelajaran keterampilan menenun sebagai mata pelajaran lokal di sekolah, harga tenun dapat lebih terjangkau dan tenun Sulawesi Tenggara.
Selain itu, ia merasa bangga jika keterampilan menenun ini benar-benar menjadi bagian dari pendidikan di sekolah, karena hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pelestarian budaya lokal.
Baca Juga:
Kukuh Sumardono: Realisasi TKD Kalbar Capai Rp7,91 Triliun Mei 2024
Sebagai langkah konkret, Yusmin telah menginstruksikan seluruh sekolah di Sulawesi Tenggara wajib menjahit seragam siswa di SMK pada tahun 2025.
Dengan anggaran dana BOS sebesar Rp1,5 juta hingga Rp1,7 juta per siswa, diharapkan seragam putih abu-abu dengan sentuhan tenun khas daerah dapat diberikan secara gratis oleh Dinas Pendidikan, sehingga budaya tenun Sulawesi Tenggara semakin dikenal dan dicintai oleh generasi muda, katanya.
[Redaktur: Sutrisno Simroangkir]