Sultra.WahanaNews.co, Kendari - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menggagas program tenun masuk sekolah guna melestarikan tenun sebagai salah satu warisan budaya yang dimiliki Sultra.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra Yusmin, di Kendari, Rabu, mengatakan program tersebut dicetuskan dengan tujuan melestarikan tenun sebagai salah satu warisan budaya Sultra yang tak hanya sehelai kain tetapi lebih dari itu memiliki makna yang berbeda-beda di setiap daerah.
Baca Juga:
Pemprov Sultra Apresiasi Expo SMK yang Lestarikan Kerajinan Tenun Khas Daerah
“Setiap daerah di Sultra ini punya tenun khas yang mengandung rasa, filosofi dan keunikan yang berbeda-beda dan harus kita jaga bersama,” kata Yusmin.
Yusmin melanjutkan, dalam mewujudkan program tenun masuk sekolah pihaknya meminta bagi seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Sultra untuk memiliki satu seragam berbahan tenun sesuai dengan daerah masing-masing.
“Selain tentunya anak-anak kita di SMK ini kita edukasi untuk tau lebih dalam dengan filosofi tenun yang mereka gunakan serta memperlihatkan langsung proses pembuatan tenun itu sendiri,” katanya.
Baca Juga:
Dikbud Rejang Lebong Catat 4.332 Siswa Baru SD untuk Tahun 2024/2025
Ia menambahkan, terkhusus SMK yang memiliki jurusan tata busana diharapkan setelah mengetahui filosofi dan menyaksikan langsung pembuatan tenun ke depannya bisa merancang busana dari tenun.
“Jadi tenun ini tidak hanya dibuat lenggak lenggok di atas panggung saja seperti yang selama ini dilakukan tetapi kita tanamkan kepada anak-anak kita mulai dari proses awalnya sehingga warisan budaya yang kita miliki ini bisa terus terjaga,” tambahnya.
Sementara itu, PJ Gubernur Sultra Andap Budhi Revianto turut mengapresiasi program yang diinisiasi oleh Dikbud Sultra tersebut.
Menurutnya diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak dalam menjaga tradisi yang kita miliki.
“jangan sampai warisan budaya kita hilang karena kita kurang peduli dan melalui program seperti inilah kita bisa terus menjaga budaya kita agar tetap hidup,” ujarnya.
[Redakturt: Sutrisno Simorangkir]