WahanaNews-Sultra | PT PLN UPDK (Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan) Kendari mencatat hampir semua program tanggung jawab sosial lingkungan 2022 telah dilaksanakan.
Bantuan ini tentunya sebagai bentuk perhatian perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan serta berdampak positif bagi lingkungan.
Baca Juga:
Jasa Marga Raih Penghargaan Bergengsi di Ajang Indonesia CSR Awards 2024
Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) menjadi program prioritas yang dilaksanakan oleh PT PLN UPDK Kendari, selain pelet sampah, sanggar seni hingga rumah edukasi konservasi.
Dengan program tanggung jawab sosial dan lingkungan itu tentunya PT PLN UPDK Kendari mengharapkan banyak manfaat yang diperoleh masyarakat.
Manager PT PLN UPDK Kendari, Muhammad Rusli Sain mengatakan setidaknya terdapat 10 program yang harus dicapai pada 2022.
Baca Juga:
TJSL Pendidikan PLN Bantu 159.809 Penerima di Indonesia
Kata dia, pertama, mengenai pengelolaan sampah organik dan unorganik di TPST TPA Puuwatu, Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dalam program tersebut sampah dijadikan pelet sampah sebagai bahan baku co-firing PLTU Nii Tanasa selain itu digunakan sebagai kerajinan untuk UMKM Al Faizan.
"Ya, pengelolaan sampah plastik untuk mengurangi kuantitas, mengubah mindset masyarakat, dan menjadikan sampah plastik bernilai ekonomis guna meningkatkan perekonomian masyarakat," jelasnya, Jumat (22/7/2022).
Kedua yakni pemberdayaan masyarakat untuk membangun sarana jalan desa, sarana pendidikan dengan cor beton, dan pemasangan paving memanfaatkan FABA PLTU Nii Tanasa di Desa Nii Tanasa.
Muhammad Rusli Sain menjelaskan pemanfaatan FABA itu menjadi produk batako dan paving block dikhususkan untuk produsen, mahasiswa, dan karang taruna di sekitar PLTU Nii Tanasa.
Ketiga dan keempat yakni pemberdayaan masyarakat untuk membangun sarana jalan desa dengan cor beton memanfaatkan FABA PLTU Nii Tanasa di Desa Rapanbinopaka dan Desa Toli-Toli.
"Jadi, program ini juga digunakan untuk produsen paving dan batako, mahasiswa serta karang taruna di sekitar PLTU Nii Tanasa tepatnya di Desa Rapanbinopaka dan Desa Toli-Toli" ungkapnya.
Kelima, bantuan pembangunan sanggar seni, rumah belajar dan gallery produk pemanfaatan FABA Laikatporombu menggunakan hasil pemanfaatan FABA PLTU Nii Tanasa.
Ia menuturkan berupa bantuan sarana gedung fasilitas umum dibangun menggunakan produk pemanfaatan FABA dan rencana peruntukkan untuk belajar seni budaya lokal bagi generasi muda.
Keenam yakni bantuan peralatan pemanfaatan FABA untuk tiga desa sekitar PLTU Nii Tanasa, bantuan ini sebagai penunjang produksi.
Ketujuh yaitu pelatihan pemanfaatan FABA menjadi produk batako dan paving block untuk tiga desa sekitar PLTU Nii Tanasa.
Kedelapan yaitu bantuan alat pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB) Kusuma Bangsa, membantu pengelola sekolah untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan anak didiknya.
Sementara itu, program kesembilan yaitu bantuan pembangunan rumah edukasi konservasi kima Toli-Toli-Labengki (Toli-Toli-Labengki Giant Clam Conservation) dengan pemanfaatan FABA.
Bantuan tersebut tentunya untuk pembangunan rumah edukasi konservasi ekosistem laut kerang kima dengan pemanfaatan FABA PLTU Nii Tanasa.
"Kesepuluh yakni penanaman pohon di DAS PLTM Winning bertujuan untuk penghijauan di wilayah tersebut," ujar Muhammad Rusli Sain.
Secara umum pengertian Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) adalah partikel halus (berupa abu) sisa hasil pembakaran batu bara, abu yang naik dan terbang disebut fly ash sedangkan yang tidak naik disebut bottom ash.
Sumber utama FABA berasal dari proses pembakaran batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan proses pembakaran batu bara pada boiler dan atau tungku pada industri.
FABA adalah limbah karena merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi pada industri. [afs]