Dia mengungkapkan bahwa salah satu program yang menjadi perhatian adalah pemberian makanan bergizi secara gratis kepada balita. Ini merupakan upaya nyata pemerintah daerah untuk memastikan seluruh anak di Kolut mendapatkan asupan gizi yang memadai.
“Kami ingin memastikan bahwa tidak ada lagi anak yang kekurangan gizi di Kolut. Daerah ini kaya akan sumber daya alam, baik dari sektor perikanan, pertanian, maupun perkebunan. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk gagal dalam menurunkan angka stunting,” lanjut Yusmin.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Semarang Raih Penghargaan Terbaik I Penanganan Stunting di Jawa Tengah
Ia menargetkan angka stunting di Kolut bisa turun hingga 0 persen pada tahun 2045, sejalan dengan visi Indonesia Emas.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kolut Taupik menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai kegiatan strategis untuk mendukung penurunan stunting, di antaranya pelaksanaan Bulan Pembangunan Balita pada Februari dan Juli, penguatan peran camat dalam mendukung intervensi stunting, serta pemanfaatan dana desa untuk intervensi gizi balita.
”Untuk percepatan penurunan stunting kita fokus pada program-program yang tepat sasaran. OPD terkait harus melaksanakan program-program yang berdampak langsung pada masyarakat. Jangan hanya membuat program tanpa ada hasil nyata di lapangan. Setiap program harus diukur output dan dampaknya,” sebut Taupik.
Baca Juga:
Bele Mo'o Sehati: Strategi Dinkes Gorontalo Tangani Stunting dengan One Stop Service
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]