Sultra.WahanaNews.co, Kendari - Penjabat (Pj) Bupati Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara, Yusmin menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam upaya bersama untuk menangani stunting.
Pj Bupati Kolut Yusmin saat dihubungi di Kendari, Senin (14/10/2024), mengatakan bahwa penanganan stunting tidak bisa hanya bergantung pada satu pihak, melainkan menjadi tanggung jawab bersama.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Semarang Raih Penghargaan Terbaik I Penanganan Stunting di Jawa Tengah
"Oleh karena itu seluruh pihak, mulai dari OPD, forkopimda, hingga pemerintah desa harus berkomitmen penuh untuk bekerja bersama dalam menurunkan angka stunting,” katanya pada kegiatan Rembuk Stunting 2024 bersama Forkopimda Kolut.
Dia menegaskan bahwa stunting menjadi tantangan serius bagi Kolut. Berdasarkan hasil survei kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi stunting di Kolut mencapai 31,8 persen, naik 7 persen dari tahun sebelumnya yang berada di angka 24,8 persen.
Meski demikian, ia menyampaikan optimisme terkait penurunan angka stunting berdasarkan sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), yang pada Juli 2024 turun menjadi 3,81 persen dibanding 5,56 persen pada 2023.
Baca Juga:
Bele Mo'o Sehati: Strategi Dinkes Gorontalo Tangani Stunting dengan One Stop Service
“Pemerintah daerah terus mendorong program percepatan penurunan stunting. Kami bergerak bersama, memastikan bahwa program penurunan stunting mendapat dukungan penuh dari forkopimda. Dukungan ini penting untuk memastikan konvergensi program dari tingkat kabupaten hingga desa,” ujarnya.
Yusmin mengungkapkan bahwa pada Juni 2024 seluruh balita di Kabupaten Kolut yang berjumlah 10.041 anak telah mengikuti kegiatan posyandu di wilayah masing-masing.
"Dari hasil tersebut, sebanyak 357 balita teridentifikasi mengalami stunting," ucap Yusmin.
Dia mengungkapkan bahwa salah satu program yang menjadi perhatian adalah pemberian makanan bergizi secara gratis kepada balita. Ini merupakan upaya nyata pemerintah daerah untuk memastikan seluruh anak di Kolut mendapatkan asupan gizi yang memadai.
“Kami ingin memastikan bahwa tidak ada lagi anak yang kekurangan gizi di Kolut. Daerah ini kaya akan sumber daya alam, baik dari sektor perikanan, pertanian, maupun perkebunan. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk gagal dalam menurunkan angka stunting,” lanjut Yusmin.
Ia menargetkan angka stunting di Kolut bisa turun hingga 0 persen pada tahun 2045, sejalan dengan visi Indonesia Emas.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kolut Taupik menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai kegiatan strategis untuk mendukung penurunan stunting, di antaranya pelaksanaan Bulan Pembangunan Balita pada Februari dan Juli, penguatan peran camat dalam mendukung intervensi stunting, serta pemanfaatan dana desa untuk intervensi gizi balita.
”Untuk percepatan penurunan stunting kita fokus pada program-program yang tepat sasaran. OPD terkait harus melaksanakan program-program yang berdampak langsung pada masyarakat. Jangan hanya membuat program tanpa ada hasil nyata di lapangan. Setiap program harus diukur output dan dampaknya,” sebut Taupik.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]