WahanaNews-Sultra | Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara mengagendakan ajang sejarah dan pariwisata di Pulau Buton, yakni tapak tilas Oputa Yi Koo, guna mengenang satu-satunya pahlawan nasional yang berasal dari daerah Buton.
Kepala Dinas Pariwisata Sultra, Belli Harli Tombili di Kendari, Selasa mengatakan tapak tilas Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi yang memiliki gelar Oputa Yi Koo, diselenggarakan agar masyarakat dapat mengingat kembali jejak-jejak sejarah perjuangannya selama mempertahankan tanah Wolio untuk terhindar dari penindasan penjajah.
Baca Juga:
Pengacara Beberkan, Guru Supriyani Diminta Puluhan Juta Sudah Bayar Rp2 Juta
"Ini untuk me-refresh kembali jejak-jejak sejarah perjuangannya selama mempertahankan tanah Wolio. Rencananya ajang tersebut bakal digelar pada 22 sampai 28 Mei 2022 ke depan," katanya.
Dia menyampaikan, dalam tapak tilas itu akan menelusuri jalannya sang pahlawan ketika dulu berperang sampai ke makamnya beliau di puncak gunung Sioantapina.
Kata dia, perjalanan ditargetkan selama dua hari dengan jarak kurang lebih sepanjang 28 kilometer yang bakal diikuti oleh 200 tim terdiri dari berbagai daerah.
Baca Juga:
Kasus Guru SD Vs Keluarga Polisi Konowe Selatan, Propam Polda Sultra Turun Tangan
"Targetnya penelusuran itu akan diikuti sekitar 200 tim dari berbagai daerah, jarak tempuh kurang lebih 28 kilometer dengan menargetkan perjalanan penelusuran selama dua hari," ujar dia.
Ia menyebut, ajang itu nantinya akan menjadi kegiatan terbesar yang digelar Pemprov Sultra di Tahun 2022 ini dengan mengundang dari berbagai daerah serta empat menteri untuk ikut hadir, menyaksikan dan merasakan kegiatan tersebut nantinya.
Dia berharap, nantinya akan ada keterlibatan masyarakat agar bisa bersama-sama mendorong serta mempromosikan pariwisata di Sultra.
"Sehingga pariwisata di Sultra dikenali baik di tingkat nasional maupun internasional," kata Belli.
Oputa Yi Koo atau Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi adalah seorang Sultan Buton ke-20 pada 1752-1755 dan 1760-1763.
Oputa Yi Koo giat bergerilya melawan dan menentang pemerintahan Hindia Belanda dalam perang buton.
Tidak lama setelah peristiwa perang buton, Sultan Himayatuddin menetap di Siontapina hingga meninggal pada 1776.
Sultan Himayatuddin dimakamkan di puncak Gunung Siontapina. Pada 7 November 2019, ia menjadi salah satu dari 6 orang yang diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia.[jef]