Cahyo Waskito mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor lain yang mempercepat kemunduran bahasa daerah di Sultra, yaitu terdapatnya rasa gengsi yang mulai berkembang di kalangan anak muda, yang mana mereka sering kali lebih memilih bahasa internasional.
"Seperti Inggris atau Mandarin, karena dianggap lebih prestisius dan bernilai ekonomi tinggi," ucap Cahyo Waskito.
Baca Juga:
Pemkot Kendari Raih Peringkat Kedua Penyaluran DAK Tahap III Tahun 2024
Ia menambahkan bahwa untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya terus melakukan revitalisasi bahasa daerah sejak 2024 lalu dengan fokus pada bahasa Tolaki. Program tersebut sudah dilaksanakan di tujuh kabupaten dan kota se-Sultra.
“Langkah ini diharapkan dapat menghidupkan kembali penggunaan bahasa daerah di kalangan masyarakat setempat,” tambahnya.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]