WahanaNews.co | Sekretaris Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Arif Rahman Hakim mengungkapkan setidaknya 64,5 persen pelaku UMKM adalah perempuan.
"Ini menunjukkan bahwa perempuan di Indonesia adalah kaum yang berdaya dan berperan sangat penting untuk perekonomian dirinya, keluarga, bahkan untuk masyarakat," kata Arif Rahman dalam webinar bertajuk "Peran Perempuan/Ibu dalam Memajukan Koperasi dan UMKM di Indonesia" yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Baca Juga:
MK Kabulkan 70% Tuntutan Buruh, Serikat Pekerja Rayakan Kemenangan Bersejarah dalam Revisi UU Cipta Kerja
Dia mengatakan bahwa sampai saat ini UMKM Indonesia masih mendominasi struktur perekonomian dengan sekitar 99,9 persen, sementara usaha besar hanya 0,01 persen. Jika dilihat dari jumlahnya, ada sekitar 64 juta UMKM di Indonesia yang berkontribusi melebihi 61 persen terhadap PDB nasional, menyerap 97 persen tenaga kerja, dan kontribusi terhadap ekspor sebesar 14 persen.
Arif Rahman mengatakan, para perempuan juga menorehkan semangat berorganisasi, berkolaborasi dalam wadah koperasi dengan tercermin dari cukup besarnya koperasi wanita aktif yaitu 11.199 koperasi yang tersebar di seluruh Indonesia yang secara nasional.
Koperasi wanita tersebut secara kumulatif dapat menghimpun modal usaha lebih dari Rp2 triliun dengan volume usaha mencapai Rp2,4 triliun dan mampu menyerap anggota sebanyak 663 ribu wanita.
Baca Juga:
Rakor Besar di Sentul, Presiden Prabowo dan 7 Menteri Koordinator Siap Beri Panduan ke Daerah
"Besarnya dominasi perempuan sebagai pelaku UMKM, dan besarnya semangat perempuan berhimpun dalam wadah koperasi menunjukkan bahwa perempuan mampu sejajar dengan kaum laki-laki untuk turut serta memajukan perekonomian bangsa dan negara," kata Arif Rahman.
Dia menegaskan bahwa perempuan memiliki potensi yang luar biasa dan tidak dapat terpisahkan dari upaya memajukan peradaban di Indonesia. Menurut Arif Rahman, potensi yang luar biasa tersebut perlu didorong bersama untuk semakin maju lagi dalam perencanaan program tingkat pemerintah pusat maupun daerah dengan mengarusutamakan gender yang tidak boleh terlewatkan.
"Perspektif gender jadi bagian penting agar intervensi program pemerintah tidak mengesampingkan perempuan hanya sebagai penerima manfaat program saja, namun memandang perempuan sebagai agen atau pemeran krusial untuk memajukan perekonomian, sosial, dan budaya," kata Arif Rahman.