WahanaNews-Sultra | PT PLN (Persero), melalui Unit Induk Pembangunan (UIP) Sulawesi melalui kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dikenal dengan Program PLN Peduli dengan menyalurkan 1.650 kilogram bibit bawang merah untuk kelompok tani di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Hal tersebut disampaikan Senior Manager Perizinan, Pertahanan, dan Komunikasi (SRM PPK) PLN UIP Sulawesi, Nur Akhsin, mmelalui keterangan persnya di Makassar, Kamis, (21/4/22).
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
"Bantuan dari PLN ini untuk pengembangan usaha pertanian bagi kelompok tani yang ada di Desa Lampoko," kata Nur Akhsin.
Dia mengatakan, bantuan pengembangan usaha berupa bantuan 1.650 Kg bibit bawang merah senilai Rp82.500.000 untuk Kelompok Tani “Saromase”
Bantuan diberikan secara simbolis kepada Ketua Kelompok Tani Saromase, Saharuddin, dan disaksikan Kepala Desa Lampoko, serta perwakilan anggota kelompok tani.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Pada kesempatan tersebut, Kepala Desa Lampoko, Budiman menyebutkan, bahwa bantuan bibit bawang merah ini merupakan lanjutan dari kegiatan TJSL PLN UIP Sulawesi di Desa Lampoko.
Sebelumnya, pada 2021 PLN juga telah memberikan bantuan 2 (dua) unit alat bajak sawah modern Traktor Rotari kepada 2 (dua) kelompok tani salah satunya adalah Kelompok Tani “Saromase”.
Kelompok tani yang dipimpin oleh Saharuddin ini telah berdiri sejak tahun 2016 dan memiliki anggota sebanyak 30 Petani.
Saharuddin berharap, bantuan yang diberikan oleh PLN dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan membawa manfaat bagi warga desa, apalagi tanaman bawang merah dapat menggerakkan semua kalangan baik laki-laki maupun perempuan.
"Tidak seperti tanaman lainnya petani perempuan mengalami kesulitan dalam pengerjaannya,” katanya.
Sementara itu, imbuh Budiman, bila menanam 100 kg bibit bawang merah, maka dapat menghasilkan satu sampai dua ton bawah merah, dan apabila kalikan Rp20.000 per kg, maka diperkirakan dapat menghasilkan Rp40juta- Rp50 juta.
Lebih jauh dijelaskan Budiman, sebelum pemberian bantuan traktor atau alat bantu kerja menggarap sawah pada 2021 lalu, para petani hanya dapat menggarap tanah seluas 3 hektar, dikarenakan menggunakan alat tradisional, sedangkan hari ini sudah dapat menggarap 10 hektar.[jef]