Sultra.WahanaNews.co, Kendari - Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Andap Budhi Revianto, memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (PID) bersama para stakeholder terkait di Kantor Gubernur Sultra pada Kamis, 3 Oktober 2024.
Rakor dihadiri oleh Sekda Pemprov Sultra, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sultra, Doni Septadijaya, Kepala Perum Bulog Kanwil Sultra, Siti Mardati Saing, Statistisi Ahli Madya Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sultra, Muh Amin, Kepala Stasiun Meteorologi, Sugeng Widarko, serta TPID Pemprov Sultra.
Baca Juga:
Dinsos Kotim Hentikan Sementara Penyaluran Bansos Hingga Pilkada 2024 Usai
Rakor tersebut membahas tindak lanjut pengendalian inflasi di Sultra, yang mencatat angka 1,06 persen pada September 2024, jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 1,84 persen. Capaian ini menempatkan Sultra sebagai provinsi dengan inflasi terendah ketiga di Indonesia dan terendah di wilayah Sulawesi.
Selain itu, Pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sulawesi Tenggara pada September 2024 mencatat deflasi bulanan untuk keempat kalinya secara berturut-turut, dengan deflasi terjadi pada komoditas hortikultura, beras, dan ikan.
Deflasi ini disebabkan oleh pasokan pangan yang terjaga serta bantuan sosial pemerintah. Hal ini turut di dukung masuknya Kabupaten Kolaka dan Konawe dalam perhitungan IHK Sultra 2024 yang berkontribusi pada stabilitas harga.
Baca Juga:
PermenPAN-RB Nomor 6 Tahun 2024 Atur Pengadaan ASN dan PPPK
Dalam prakatanya, Andap menyampaikan apresiasi kepada seluruh anggota TPID dan stakeholder terkait atas upaya kerasnya sehingga inflasi di Sultra dapat terkendali dengan baik. Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, TPID, dan seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok.
“Kerja sama yang kuat antara pemerintah provinsi dan TPID terbukti mampu menjaga stabilitas inflasi dan harga pangan. Kita harus mempertahankan momentum ini demi kesejahteraan masyarakat,” ujar Andap.
Selain itu, dalam rakor tersebut juga membahas strategi ke depan dalam menghadapi potensi deflasi yang mendalam. Salah satu fokusnya adalah optimalisasi perdagangan antar daerah, terutama dalam mengatasi kelebihan pasokan komoditas pangan.