WahanaNews-Sultra | Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia melalui Badan Geologi mengeluarkan peta prakiraan gerakan tanah. Berikut sejumlah wilayah di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang berpotensi sedang hingga tinggi terjadi bencana tanah longsor.
Hal tersebut sesuai dengan peta prakiraan gerakan tanah yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia melalui Badan Geologi.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Diketahui, peta prakiraan tersebut ditunjukkan kepada Gubernur Sulawesi Tenggara Tertanggal 27 Januari 2022 lalu bersama dengan Surat Nomor 72/GL.03/BGL/2022.
Di mana, dalam rangka upaya mitigasi risiko gerakan tanah dan membangun kesiapsiagaan pemerintah daerah dan masyarakat untuk menghadapi ancaman gerakan tanah/tanah longsor.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral cq. Badan Geologi menerbitkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah/Tanah Longsor di Sulawesi Tenggara untuk periode Februari 2022.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Peta tersebut memuat informasi umum wilayah kecamatan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang berpotensi menimbulkan gerakan tanah.
Diketahui, peta ini disusun berdasarkan hasil tumpang susun (overlay) antara peta zona kerentanan gerakan tanah dengan peta prakiraan curah hujan bulanan yang diperoleh dari BMKG.
Adapun peta ini dapat dirujuk sebagai peringatan dini bagi pemerintah daerah maupun masyarakat untuk mengantisipasi adanya potensi gerakan tanah pada saat curah hujan di atas normal.
Pemutakhiran peta akan dilakukan setiap bulan dan secara langsung dapat diakses melalui situs www.vsi.esdm.go.id.
Surat tersebut juga ditandatangani langsung oleh Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono.
Berikut daftar prakiraan wilayah pada Februari 2022 di Kabupaten Konawe yang berpotensi rendah, menengah, maupun tinggi terjadinya tanah bergerak yang dirilis Kementerian ESDM:
1. Abuki (Menengah-Tinggi)
2. Amonggedo (Menengah-Tinggi)
3. Anggaberi (Menengah-Tinggi)
4. Asinua (Menengah-Tinggi)
5. Besulutu (Menengah-Tinggi)
6. Bondoala (Menengah-Tinggi)
7. Kapoiala (Menengah)
8. Konawe (Tinggi)
9. Lalonggasumeto (Menengah-Tinggi)
10. Lambuya (Menengah-Tinggi)
11. Latoma (Menengah-Tinggi)
12. Meluhu (Menengah-Tinggi)
13. Onembute (Menengah)
14. Pondidaha (Menengah-Tinggi)
15. Puriala (Menengah-Tinggi)
16. Routa (Menengah-Tinggi)
17. Sampara (Menengah-Tinggi)
18. Soropia (Menengah-Tinggi)
19. Tongauna (Menengah-Tinggi)
20. Uepai (Menengah-Tinggi)
21. Unaaha (Menengah-Tinggi)
22. Wawotobi (Menengah-Tinggi)
23. Wonggeduku (Menengah-Tinggi)
Keterangan :
- Menengah
Daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah.
Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
- Tinggi
Daerah yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah.
Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
[kaf]