Sultra.WahanaNews.co, Kendari - Pemerintah Kota Kendari terus menunjukkan komitmennya dalam mengatasi kerawanan pangan, yang dapat menyebabkan ketidaksanggupan masyarakat memenuhi kebutuhan pangan, sehingga berpotensi meningkatkan angka inflasi di kota tersebut.
Penjabat (Pj) Wali Kota Kendari Muhammad Yusup, di Kendari, Rabu (22/5/2024), mengatakan salah satu yang Pemkot Kendari saat ini sedang lakukan untuk mengatasi kerawanan pangan adalah dengan mengkampanyekan gerakan anti boros pangan.
Baca Juga:
Pemkab Penajam Paser Utara Latih Warga Buat Pupuk Kompos Kurangi Sampah TPA
“Perlu diketahui bahwa kota Kendari adalah kota pertama di Sultra yang mengampanyekan hal ini kepada masyarakat,” kata Yusup.
Yusup mengatakan kerawanan pangan adalah kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami oleh masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu dalam memenuhi standar kebutuhan pangannya.
Salah satu penyebab terjadinya kerawanan pangan adalah pola prilaku masyarakat dan jasa penyedia pangan yang menggunakan atau memanfaatkan pangan secara tidak bijak dan tidak terkendali.
Baca Juga:
Kemenag RI Imbau Pesantren Sulbar Sukseskan Program Makan Gratis Pemerintah Pusat
“Misal di sebuah rumah tangga ada 5 orang tetapi karena ibu rumah tangga tidak mau repot maka langsung memasak untuk pagi hingga malam pada akhirnya makanan banyak tersisa sebab salah satu anggota keluarga makan dil uar,” katanya.
Ke depannya, pihaknya akan bekerjasama dengan pihak Kelurahan RT/RW guna memanfaatkan sampah pangan dengan memberikan kepada peternak untuk diberikan pada hewan ternaknya sehingga nantinya sampah yang sampai ke TPA tidak terlalu menumpuk.
“Jadi sebelum sampah makanan itu sampai ke TPA terlebih dahulu dimanfaatkan bagi peternak untuk diberikan ke ternaknya jadi sampah yang ke TPA itu memang yang sudah tidak bisa betul dimanfaatkan atau hanya berupa sampah plastik yang tidak bisa dikonsumsi,” katanya.
Selain itu, ia menambahkan,akan mengadakan lomba yang diikuti oleh setiap Kelurahan di Kota Kendari dengan penilaian yakni sampah makanan paling sedikit akan menjadi pemenangnya guna menekan jumlah sampah makanan yang ada agar bisa termanfaatkan sebelum betul – betul dibuang.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]